Jumat, 17 Februari 2023

Menggambar Dengan Tulisan

Judul                : Menggambar dengan tulisan
Resume            : ke-18
Gelombang      : 28
Hari/ Tanggal : Jumat, 17 Februari 2023
Tema                 : Diksi dan Seni Bahasa
Narasumber    : Maydearly
Moderator        : Widya Arema

 

Sumber: Dokumen Pribadi

Selamat malam, ketemu lagi di KBMN PGRI, kali ini kita akan belajar mengenai Diksi dan Seni Bahasa bersama Narasumber kita yang memiliki nama pena sangat manis “Maydearly”.

Maydearly adalah seorang narasumber, penulis, kurator, editor, blogger dan motivator. Narasumber kita kali ini adalah seorang Guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Lebakgedong Kabupaten Lebak, Banten. Karyanya berupa buku antologi, dan buku solo sudah sangat banyak tercetak.

Salah satu kepintaran beliau menyusun kalimat terlihat pada kalimat berikut ini:

Aku menyerumu dalam maya, merupa wajah dalam doa dan bismillah. Dengan cinta engkau mengubahku. Karena cinta selalu bisa mengubah apa yang selama ini sulit dirubah.

Terimakasih selalu menjagaku dalam doa, dibandingkan dengan cintamu bahkan semesta pun nampak kerdil di pelupuku.

I Love You to the Moon and Back

 Maydearly

Entah kenapa malam ini begitu sulit untuk merangkai kata, karena tiap kata yang di lontarkan Narasumber malam ini penuh dengan untaian kata yang mendayu-dayu dengan irama yang romantis. Benar-benar bak penyair yang sedang menari di atas pena…ups maaf lebih tepat mungkin diatas jari ya 😁

 

Sumber: Dokumen Pribadi 

Berikut ini adalah materi yang diberikan oleh Narasumber.

Pengertian Diksi

Diksi – akar katanya dari bahasa Latin: dictionem. Kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi diction Kata kerja ini berarti: pilihan kata. Maksudnya, pilihan kata untuk menuliskan sesuatu secara ekspresif. Sehingga tulisan tersebut memiliki ruh dan karakter kuat, mampu menggetarkan atau mempermainkan pembacanya.

 

Sejarah Diksi

Dalam sejarah bahasa, Aristoteles – filsuf dan ilmuwan Yunani inilah yang memperkenalkan diksi sebagai sarana menulis indah dan berbobot. Gagasannya itu ia sebut diksi puitis yang ia tulis dalam Poetics– salah satu karyanya. Seseorang akan mampu menulis indah, khususnya puisi, harus memiliki kekayaan yang melimpah: diksi puitis. Gagasan Aristoteles dikembangkan fungsinya, bahwa diksi tidak hanya diperlukan bagi penyair menulis puisi, tapi juga bagi para sastrawan yang menulis prosa dengan berbagai genre-nya.

William Shakespeare dikenal sebagai sastrawan yang sangat piawai dalam menyajikan diksi melalui naskah drama. Ia menjadi mahaguru bagi siapa saja yang berminat menuliskan romantisme dipadu tragedi. Diksi Shakespeare relevan untuk menulis karya yang bersifat realita maupun metafora. Gaya penyajiannya sangat komunikatif, tak lekang digilas zaman.

 

Pentingnya Diksi dalam kajian sebuah bahasa

Sebab banyak keindahan  atas sebuah kata yang tak tereja oleh bibir.

Diksi bak pijar bintang di angkasa yang menunjukan dirinya dengan kilauan, mempesona dan tak membosankan.

 

Cara mengembangkan Diksi

Terkadang banyak penulis yang merasa takut dalam memulai sebuah tulisan, terkadang lidah kita merasa kelu untuk menulis sesuatu yang menakjubkan. Ada keraguan yang dibungkam sebelum diterjemahkan dalam bahasa.

Untuk itu ada 5 jurus jitu dalam mengembangkan Diksi yang menarik:

1. Sense of Touch (sentuhan)

Menulis dengan melibatkan indera peraba. indra peraba dapat digunakan untuk memperinci dengan apik tekstur permukaan benda, atau apapun. Penggunaan indra peraba ini sangat cocok untuk menggambarkan detail suatu permukaan, gesekan, tentang apa yg kita rasakan pada kulit. Aplikasi indra peraba ini juga sangat tepat digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak terlihat, seperti angin misalnya. Atau, cocok juga diterapkan untuk sesuatu yang kita rasakan dengan menyentuhnya, atau tidak dengan menyentuhnya.

Contoh:

Pada pori-pori angin yang dingin, aku pernah mengeja rindu yang datang tanpa permisi

2.    Sense of Smell (penciuman)

Menulis dengan melibatkan indra penciuman hal ini akan membuat tulisan kita lebih beraroma. Tehnik ini akan lebih dahsyat jika dipadukan dengan indra penglihatan.

Contoh:

Di kepalaku wajahmu masih menjadi prasasti, dan aroma badanmu selalu ku gantungkan dilangit harapan

3.    Sense of Taste (rasa)

Menulis dengan melibatkan indra perasa. Merasakan setiap energi yang ada di sekitar kita. Penggunaan indra perasa sangat ampuh untuk menggambarkan rasa suatu makanan, atau sesuatu yg tercecap di lidah.

Contoh:

Ku kecup rasa pekat secangkir kopi di tangan kananku, sembari ku genggam Hp tangan  kiriku. Telah terkubur dengan bijaksana, dirimu beserta centang biru, diriku bersama centang satu.

4.    Sense of Sight (penglihatan)

Menulis dengan melibatkan indra penglihatan memiliki Prinsip “show, don’t tell". Selalu ingat, dalam menulis, cobalah menunjukkan kepada pembaca (dan tidak sekadar menceritakan semata). Buatlah pembaca seolah-olah bisa “melihat” apa yang tengah kita ceritakan. Buat mereka seolah bisa menonton dan membayangkannya.  Prinsip utama dan manjur dalam hal ini adalah DETAIL. Tulislah apa warnanya, bagaimana bentuknya, ukurannya, umurnya, kondisinya.

 Contoh:

Derit daun pintu mencekik udara ditengah keheningan, membuatku tersadar jika kamu hanya sebagai lamunan

5.    Sense of Hearing (pendengaran)

Menulis dengan melibatkan energi yang kita dengar. Begitu banyak suara di sekitar kita. Belajarlah untuk menangkapnya. Bagaimana? Dengarlah, lalu tuliskan. Mungkin, inilah sebab mengapa banyak penulis sukses yang kadang menanti hening untuk menulis. Bisa jadi mereka ingin menyimak suara-suara. Sebuah tulisan yang ditulis dengan indra pendengaran akan terasa lebih berbunyi, lebih bersuara. Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan membuat hal-hal yang biasanya tak terdengar menjadi terdengar.

Contoh:

Derum kejahatan yang mendekat terasa begitu kencang. Udara hening, tetapi terasa berat oleh jerit keputusasaan yang dikumandangkan bebatuan, sebuah keputusan yang menghakimiku untuk tak lagi merinduimu

Artinya adalah libatkan 5 macam panca indera kita untuk menciptakan tulisan yang indah.

Tanpa henti Narasumber malam ini menuliskan kalimat-kalimat indah untuk memperjelas materi.


Sumber: Dokumen Pribadi

Tidak lama berselang, muncullah ide dari Moderator dan Narasumber untuk memberikan kesempatan bagi peserta KBMN memunculkan bakatnya dalam bersyair.

Narasumber meminta peserta menulis sesuatu yang terlihat di hadapan dengan melibatkan kelima panca indera.

Dan inilah tulisan saya tentang sebagian malam yang saya lalui saat ini.

Seorang wanita berbaju merah menatap fokus layar laptop merahnya tanpa mempedulikan suara bising dari iklan yang berteriak-teriak menjajakan dagangan. Rasa letih yang datang di ujung telapak kakinya tak lagi terasa. Hanya keinginan segera menyelesaikan tugas malam ini yang terpatri dalam pikiran. Sekelebat bau seduhan kopi hangat terbayang dibenaknya. Ia pun berpaling sejenak untuk menyegarkan pikirannya dengan seteguk pahit manis dari cangkirnya.

 ~Dyah Ku, 17.02.2023~

 

Sebuah slide meluncur dari Narasumber malam ini, untuk menambah motivasi bagi peserta.


Sumber: Dokumen Maydearly

Hal yang sulit dalam menulis menurut Narasumber adalah jika kita tidak ingin memulai.

Sampai disinilah materi malam ini di tutup, sesi berikutnya adalah tanya jawab, dimana banyak tips yang diberikan oleh Narasumber kepada peserta, conothnya seperti berikut ini:

  1. Dalam menulis kadang ada keraguan mengenai tulisan diksi kita, apakah pantas untuk dibaca atau tidak. Abaikan saja semua keraguan itu, lihat, rasakan, lakukan, tulis seindah jemari mampu mengubah isi hati.
  2. Diksi dapat masuk dalam pelataran logika, karena logika adalah akal yang digerakan sebuah ruh. Tulisan adalah hasil karya dari sebuah jasad yang diperintah oleh otak, kemudian ia menapaki kalbu sebagai jejak untuk bersuara. Suara itu tak melulu tentang ucapan, pula sebuah tulisan dengan segala keindahannya.
  3. Tips bagaimana cara mengembangkan Diksi adalah dengan memperbanyak muara baca. Semakin banyak bahasa yang kita sentuh, semakin kaya padanan kata/diksi yang bisa kita jumpai.
  4. Disini Narasumber juga menekankan, bahwa Diksi tak melulu untuk puisi. Diksi dijabarkan sebagai kekayaan bahasa, memaknai kata sebagai bentuk keindahan. Layaknya secangkir Teh, ada hangat yang perlu diresapi karena bahasa adalah jembatan dimana kita bisa mengerti dan saling memahami. Tulisan Narasumber sendiri untuk Diksi kebanyakan adalah sebuah cerpen.
  5. Diksi adalah bagian dari Seni Bahasa, karena seni Bahasa itu meliputi menulis, dan berbicara.
  6. Bagaimana mengolah panca indera agar tergali sehingga bisa menciptakan tulisan yang indah? Panca indera itu melekat dalam jasad kita, kita tak perlu perintahkan ia untuk memandu hati kita membuat sebuah tulisan yang indah. Tugas kita adalah menerima sinyal dari kelima panca indera tersebut yang kemudian kita bisa jabarkan dalam sebuah tulisan. Ketika kelima indera itu kita libatkan, maka tak ada tulisan yang biasa. Pepatah mengatakan menulislah dengan hati. Karena apa? Karena hati mampu menerka indera kita dengan baik.
  7. Diksi tidak selalu berupa sebuah kiasan, karena ia adalah sebuah padanan kata. Dalam google jelas disebutkan bahwa dengan sinonim tulisan kita tergali dengan bai. Karena itu sesekali jangan menulis kata yang kerap orang jumpai. Carilah padanan atau sinonim dari kata yang kita tunjuk. Kiasan itu sendiri adalah peribahasa, bukan Diksi.
  8. Puisi yang bagus itu bukan yang sulit difahami, tetapi memiliki pola arti dan tujuan. Setiap bait mengandung simpulan. Diksi hanyalah sebuah pemanis untuk mempercantik sebuah puisi. Dan yang lebih penting adalah ungkapkan rasa yang lebih tepat. Karena rasa lahir dari hati ia tak pernah munafik, setelah rasa itu diutarakan, entah bahagia atau emosi ia akan lahir dalam diksi yang natural.
  9. Berbeda lagi ketika yang kita tulis adalah karya ilmiah, tentu bahasa yang kita gunakan adalah bahasa Ilmiah. Bisa saja sebuah karya ilmiah itu memiliki Diksi yang indah apabila karya ilmiah itu menyadur sebuah tema Sastra.
  10. Menulislah dengan hati yang jujur, karena tulisan yang dicampuri oleh hati, maka ia akan sampai pada hati pembaca. Emosi adalah bahasa hati. Biarkan ia mengalir luruh agar sampai pada puncak nan elegan.
  11. Ketika kita menulis, maka kita adalah seorang subjek yang memberi informasi. Apa yang akan kita tulis itu yang akan dinikmati pembaca. Menulislah untuk didengarkan pembaca, bukan menulis sesuai keinginan pembaca.

Masih tidak hentinya permainan kata Narasumber mewarnai materi malam ini, yang kemudian diakhiri dengan kalimat penutup.

Sumber: Dokumen Pribadi Maydearly

Sekian dan terima kasih 😍

13 komentar:

Terima kasih sudah berkunjung ke halaman Blog saya.